Rumput Tetangga Tak Lebih Hijau
Barangkali kita pernah denger debat kecil antara seorang pedagang dengan karyawan kantor, Si pedagang dengan temannya yg karyawan kantor. Si Pedagang memandang, nasib dan kehidupann temannya jauh lebih enak darinya, jika sebagai karyawan kantor ia tak pelu repot-repot keluar rumah pagi pagi buta, memeras keringat keliling berdagang, terpanggang sinar matahari, bergelut dengan pesaing pedagang lainnya dan hasilnya ga tentu. Karyawaan kantor kerjanya lebih enak. Cuma duduk, dengan kipas angin atau AC, pekerjaan yang tak meneteskan keringat dan hasil yang pasti setiap tanggal muda.
Begitulah manusia. sering merasa tidak puas dengan apa yang sudah diterima dan melihat apa yang ada pada orang lain jauh lebih baik ketimbang miliknya. Orang jawa bilang sawang sinawang. Masing-masing melihat kehidupan yang dijalani serasa lebih buruk dan tak seindah orang lain. pepatah mengatakan, rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Kehidupan, mulai dari pekerjaan , rumah bahkan isteri orang lain, terasa lebih "hijau" dibanding milik sendiri. Itulah fatamorgana dunia. Seperti dua orang yang berdiri berjauhan di padang pasir. Dari kejauhan, yang satu melihat tanah yang dipijak temannya penuh dengan air yang sejuk, pula sebaliknya. Padahal keduanya hanya melihat fatamorgana dan sama-sama tengah berada di tempatnya yang tidak nyaman.
Dari Nafsu
Persepsi semacam
ini lahir karena masing-masing orang tidak mengetahui dan merasakan hakikat
dari apa yang dilihat dari orang lain. Yang tampak hanya kulit, bukan isi dan
rasa yang sebenarnya. sehingga masing-masing menyangka, kehidupan dan nasib
orang lain tampak lebih bahagia dan menyenangkan.
Sebenarnya, hal
ini bukan fenoomena aneh, hampir setiap orang pernah merasakannya. Itu karena
persepsi semacam ini berakar dari nafsu; sesuatu yang dimiliki oleh
setiap manusia. Karakter nafsu selalu haus, tidak pernah dan tidak akan bisa
puas dengan apa yang dimiliki. Nabi bersabda yang intinya, nafsu manusia tidak
pernah puas, meski sudah punya satu gunung emas, dia masih akan mencari dan
menginginkan gunung emas yang lain.
Apa bukti semua
itu berakar pada nafsu? buktinya, "rumput tetangga" yang
dipersepsikan selalu tampak lebih hijau itu selalu berkonotasi pada karunia dan
nikmat dunia semata. Uang, rumah, kendaraan, rupa, isteri, pekerjaan, jabatan,
popularitas, kekuasaan dan kenikmatan duniawi yang lain. Tidak ada yang
mempersepsikan karunia ukhrawi sebagai "rumput yang hijau", yang
kemudian membuat iri dan ingin dimiliki oleh yang melihatnya. Seseorang yang rajin
sholat, shaum, ahli ibadah dan sedekah, tapi miskin tidak akan dianggap
memiliki "rumput yang lebih hijau". Bahkan kemulianan berupa ilmu
agama seklaipun. Karena menurut nafsu, karunia semacam ini (amal dan ilmu
akhirat), bukanlah sebuah kenikamatan. Maka jelaslah sudah bahwa semua
ini hanyalah hembusan nafsu. Karenanya kita harus berhati-hati, semua yang
berasal dari nafsu sering dijadikan setan sebagi terowongan untuk
menerobos ke dalam pertahanan jiwa manusia. Menggoda dan menjebak manusia pada
dosa dan kehancuran.
Ide Busuk
Persepsi
"rumput tetangga terlihat lebih hijau" ini tidak boleh dipelihara
dalam jiwa. Harus segera diredam dan dihilangkan. Sebab jika tidak, pandangan
ini akan mengikis syukur dan menumbuh suburkan rasa tamak. sedangkan manusia
yang sedikit rasa syukurnya dan besar ketamakannya adalah profil manusia yang
'diidamkan' setan.
Bukanlah target awal dedengkot kesesatan,
iblis la''natullah ' alaih, adalah memperkecil populasi hamba Allah yang suka
bersyukur ???
Itu yang pertama.
Yang kedua, setelah syukurnya berkurang tamaknya bertambah. Ia akan berusaha
mendapatkan seperti atau bahkan apa yang dimiliki orang lain. Di sini, setan
akan menawarkan ide-ide busuk agar ia menempuh jalan pintas. Sayangnya,
jalan-jalan pintas yang ditawarkan adalah jalan yang berujung pada kebinasanan.
Kasus lama yang diberitakan koran, seorang pedagang yang telah sukses, sangat
berkeinginan menjadi pejabat. Habis-habisan
mencalonkan diri, tapi gagal dan akhirnya menderita tekanan batin. Ada lagi
yang mengira menjadi selebriti sangat menyenangkan. Akhirnya, segala hal yang
ia punyai pun dikorbankan. Tak terkecuali keperawanan. Dan banyak pula yang
memandang isteri atau suami orang lain lebih :"hijau" dari
pasangannya. Tawaran setan diterima dan akhirnya terjadilah perselingkuhan.
Na'udzubillah min dzalik.
Redakan Segera !
Untuk meredakan
perasaan semacam ini, hendaknya kita berhenti sejenak untuk merenung lebih
dalam. Mawas diri dan merenungi semua kenikmatan yang telah kita terima. Lebih
cermat, adil dan bijak dalam menilai setiap karunia dan ketetapan Allah atas
kita. Lalu, mencoba menyibak tirai hikmah yang mengiringi setiap pemberian dan
takdir-Nya.
Rumput tetangga terlihat lebih hijau, barangkali karena kita
melihatnya dari jauh. Namun jika kita amati dari dekat mungkin persepsi kita
akan berubah, ternyata rumputnya tak lebih baik dari rumput di halaman kita.
Artinya segala yang telah kita terima, sebenarnya tak kalah indah dengan apa
yang diberikan pada orang lain.Orang bilang, jika kita bisa mengambil yang
terbaik dari segala ketetapan-Nya, maka kita akan selalu menerima yang terbaik.
Dan sebenarnya, setiap kenikmatan duniawi yang ditambahkan, akan senantiasa
diiringi ketidakenakan yang sama besar dengan kenikmatan tersebut.
Wallahua'lam.
Dari sini mungkin kita akan lebih
dewasa dalam menerima segala nikmat dan karunia dari-Nya. ini memang bukan
urusan mudah karena terkait dengan nafsu. Sedang kita tidak mungkin membunuh
nafsu. Maka, tidak ada yang bisa kita lakukan selain belajar dan berusaha
menepis hasrat nafsu dan tidak tertipu muslihat setan.
Alloh itu Maha Adil kawan, mungkin do’a – doa kalian
masih tertunda atau bahkan Alloh sedang menyiapkan sesuatu yang lebih indah
dari apa yang kita pinta, Alloh memberi yang kita butuhkan bukan yang kita
inginkan :-),
Syukur dan
bersabar adalah kuncinya, semoga kita bisa menjadi orang-orang yang bersyukur
atas nikmat yang diberiNya dan bersabar atas ujian yang dilimpahkan
sekali lagi doa
kita kawannn :-D
Semoga dengan
begitu, kita bisa menjadi hamba yang senantiasa bersyukur dan melihat nikmat
Allah yang telah kita terima dengan mata berbinar. Amin.
Komentar
Posting Komentar