JAUHI HASAD, Saudaraku!



Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menemukan orang yang panas dan tidak tenang hatinya ketika melihat saudaranya, temannya, tetangganya atau orang lain memperoleh suatu kenikmatan dunia. Bahkan, kemudian berharap agar kenikmatan itu hilang atau hancur. Ia tidak senang dengan kebahagiaan orang lain. Dalam Islam, sifat tercela ini disebut dengan hasad (dengki). Imam Al chazali mendefinisikan hasad dengan “membenci suatu nikmat dan senang manakala nikmat itu hilang dan pemiliknya” (lhya’ ‘Ulumuddin 111/277).
Bahaya hasad
Begitu besar bahaya hasad, maka Allah swt dalam ayat di atas memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw untuk berlindung kepada Rabbul Falaq (Tuhan yang Menguasai Subuh) dan kejahatan hasad. ini juga isyarat bahwa Nabi saw dan siapapun yang menyeru kepada kebaikan (da’i) pasti ada yang memusuhinya dan pasti ada yang hasad (dengki). Sementara ketenangan, ketenteraman, keselamatan hanya dapat ditemukan ketika selalu berada dalam dekapan Rabbul Falaq, Allah swt. Maka, ayat tersebut diawali dengan, Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasal Subuh” (QS Al Falaq [113]: 1).

Karena itulah, berdasarkan ayat tersebut para ulama bersepakat bahwa hasad itu hukumnya haram. Di saat menafsirkan ayat di atas, Imam lbnul Qayyim —rahimahullah- mengatakan, “Renungkan pembatasan Allah swt terhadap pelaku hasad dengan firman-Nya “ldzaa Hasad” (apabila ia dengki). Sebab, boleh jadi seseorang memiliki rasa hasad (terhadap orang lain), tetapi ia sembunyikan sehingga tidak berdampak negatif secara langsung terhadap orang tersebut.
Hasan Al Bashri pernah ditanya, “Apakah seorang mukmin itu juga hasad? Beliau menjawab, Apa engkau lupa apa yang terjadi pada saudara-saudara nabi Yusuf AS (yang hasad terhadapnya) ..“ (Badaai’u’t Tafsir, V/423-424).
Artinya, penyakit ini bisa jadi menimpa seorang mukmin disaat imannya turun dan lemah Juga didasari oleh larangan Rasulullah, “Jangan kalian saling membenci, saling hasad dan salirg membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR Bukhari VIll/33). Bahkan, saking bahayanya, hasad dapat mer— berangus dan menghapus pahala semua kebaikakebaikan seseorang yang telah dibangunnya sekian lama.
Berarti shalat kita, puasa kita, sedekah kita, kerja dakwah kita, kebaikan kita terhadap anak, istri da keluarga kita dan kebaikan-kebaikan lainnya yang tela kita dirikan dalam kurun waktu yang sama, bisa hancur dalam waktu sekejap hanya dengan hasad!
Rasulullah telah menegaskan hal itu denga sabdanya, “Waspadalah kalian terhadap hasad. Sebab hasad itu memakan semua kebaikan sebagaimana api yang membakar kayu bakar” (HR Abu Dawud no. 425

Sebab-sebab hasad
Ada banyak faktor yang meyebabkan seseorang jatuh ke dalam hasad, di antaranya:
1. Kelapangan dunia dan berlomba-lomba mengejar dunia
Ketika dunia dilapangkan dan dimudahkan manusia, sementara mereka mengabaikan rambu-rambu syariat dalam berinteraksi dengan dunia, maka dengamudahnya mereka terjerumus dalam pertarungan perebutan dunia yang menggiringnyä kepada sifat hasad.

lnilah yang disindir oleh Rasulullah di hadapara sahabatnya, “Jika dibukakan atas kalian baras- Persia dan Romawi (atau dengan bahasa lain; kalian dimenangkan atas bangsa Persia dan Roma maka bagaimana sikap kalian?” Abdurrahman : - Auf ra menjawab, “Kami akan mengucapkan syukur sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kami (yakni, kami akan memuji-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memohon kepada-Nya tambahan karunia-Nya)”. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Atau jangan-jangan tidak seperti itu. Tapi, kalian malah saling berlombalomba berebut dunia, lalu kalian saling hasad, kemudian kalian saling membelakangi (tidak bertegur sapa) den saling membenci atau yang semacamnya. Kalian lalu pergi ke rumah-rumeh kaum muhajirin, kemudian saling bertengkar (gara-gara dunia)” (HR Muslim no. 2962).
2. Melihat nikmat pada orang lain dan lupa kepeda Yang Memberi Nikmat Terkadang ketika seseorang melihat nikmat pada orang lain yang melimpah, sementara dia sendiri kekurangan dan tidak memilikinya, ia pun lupa kepada Yang Memberi Nikmat, Allah swt. Ia lupa bahwa Allah membagi kenikmatan-kenikmatan kepada para hambaNya dengan amat bijak. Ia lupa bahwa perbedaan kaya dan miskin sama sekali tidaklah berarti kecuali dengan takwa. Jika seseorang lupa semua mi, maka hal mi membuka jalan bagi syetan untuk menggodanya. Kenapa hanya dia yang dapat nikmat itu, kenapa saya tidak padahal secara skill saya lebih berhak, saya lebih senior dan lebih berpengalaman?
Begitulah syetan memprovokasinya dengan beragam pertanyaan menyesatkan dan menyesakkan hati. Rasulullah mengingatkan, “.. ada dua hal yang tidak akan berkumpul/bertemu di hati seorang hamba; iman dan hasad” (HR An Nasaa’l no. 4317-4320).
Artinya, bahwa iman kepada Allah, Yang Memberi Nikmat tidak akan bisa bertemu dengan hasad selamaIamanya. Karena itu, seorang mukmin sejati tidak akan pernah hasad.

3. Takabbur
Seperti Iblis yang takabbur dan sombong, dengan mengklaim bahwa ia lebih baik dan mulia dan Adam dengan dalih bahwa ia diciptakan Allah dan api sementara Adam diciptakan dan tanah (Lihat QS Shaad:
71-76). Dan inilah hasad pertama yang terjadi di langit. Sedangkan hasad pertama yang terjadi di bumi adalah nasadnya Qabil terhadap Habil hingga membunuhnya sebagaimana diceritakan oleh Al Qur’an,
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra 4dam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dan salah seorang dan mereka berdua (Habil) dan tidak jika terima dan yang lain (Kabil. Ia berkata (Kabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dan orang-orang yang bertakwa” (QS Al Maaidah [5]: 27).

4. Pembedaan perlakuan Seperti ketika orangtua berbeda dan pilih kasih dalam memperlakukan anak-anaknya. Atau perbedaan perlakuan atasan terhadap bawahannya. Hal ini telah terjadi pada saudara-saudara Nabi Yusuf as.
Terapi hasad
1.Memohon perlindungan kepada Allah swt seperti perintah Allah terhadap Rasul-Nya dalam ayat di atas. Kanenanya, surat Al Falaq adalah termasuk surat yang dapat membentengi seorang mukmin dan hasad, gangguan tenung dan santet.

2.Takwa dan sabar, sebagaimana firman Allah, “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu” (QS Ali Imnan [3]: 120).
3.Taubat. Allah berfirman, “.. dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (‘Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampal kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyal keutamaan (balasan) keutamaanya..” (QS Huud [11]: 3). Demikian pula yang tercantum pada QS An Nuur [24]: 31.
4.Berbuat baik kepada orang yang hasad, seperti firman Allah, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyal keberuntungan yang besan” (QS Fushshilat [41]: 34-35). Lihatjuga QS Al Qashash [28]: 54.
5.Mengobati dengan ruqyah syar’iyah, seperti saat Jibril meruqyah Rasulullah dalam hadits diriwayatkan oleh Aisyah ra (HR Muslim no. 2185). Terkadang beliau saw meruqyah dirinya sendini, juga pernah meminta sahabatnya, Jabir RA meruqyah beliau (lihat hadits-haditsnya dalam Tafsir lbnu Katsir V/276-278).
6.Tawakkal (berserah diri) kepada Allah swt setelah semua ikhtiar dan usaha dilakukan. “Dan barang siapa yang bentawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kepenluan) nya. “(QS Ath Thalaaq [65]: 3).

Wallahu 'alam bishowab

Komentar

Postingan Populer