aku dan burung gagak

Desir angin hanya jadi teman suara malam itu, gelap jadi teman perjalanan,
Datang cahaya kecil beterbangan dari serangga temaram, di depan sana ada jalan penuh harapan,
Ku lihat ke atas bintang-bintang masih tersenyum simpul, kanan kiriku adalah kekosongan,
Duduk aku sejenak di pinggir batang randu, ku temui seekor burung hitam menyala mata,
seolah memberi isyarat "hey kawan aku ada disini,di dahan jadi kawan",
tetapi isyaratku hanya lelah, nafas sengal dan tubuh yang sedikit menggigil,
ya, burung itu Gagak namanya, hitam mata tajam seolah dunia ini adalah selamanya malam,
mematuk matuk tanah ia, berjalan melompat kesana kemari,
"hey apa yang kau isyaratkan gak?", tanyaku dalam hati,
kau menari berbicara tentang kegelapan atau kau memberi aku harapan,
laparkah kamu tentang siang yang tak kunjung datang?
hauskah kamu akan cahaya yang kau tantang?
bagiku kau tetap saja gelap,
karena aku dan seekor gagak sepertimu kita punya kesamaan kawan,
coba berjalan menuntun menuju sebuah harapan,
gelap duniamu, gelap duniaku dulu,
serangkaian tingkahmu adalah isyarat bahwa kau bosan dengan malamkah?
bertanya kembali aku pada langit, tentang Gagak yang tak pernah bosan,
bosan berjalan mematuk dalam kegelapan malam,
aku dan burung gagak
berjalan bersama menuju sebuah harapan,
asa yang kita tuju.

15 November 2014
Tian Cahyadi
di malam Kamar 321, Bandar Lampung

Komentar

Postingan Populer