secangkir arabica berdansa

hari setiap hari berlalu
menunggu senja bisu
menatap ruang-ruang padam
berharap ada cahaya yang sudi singgah
mejembatani gilanya hati

bercumbu dengan sang malam yang ku rindu
bersua dengan penari kata yang menari dengan prosanya
dalam perniknya rasa langit yang membumi

pohon oak itu tak lagi sama
daunnya berguguruan ditelan musim semi
akarnya kerontang ditelan kering
kambiumnya terhisap tanah parasit

ketika duniamu merayu
tak ada lagi khayalku
aku lebih memilih dengan secangkir kopi dan kata

hidup itu adalah perputaran waktu
kau hanya bisa diam atau hilang tertelan olehnya
bergeraklah untuk mencari cahaya
atau kau akan mati dalam diammu

wahai kamu sang pejuang kata
katamu indah bila bicara tentang kebenaran
tetapi sungguh buruk bila bicara tentang cinta

aku ingin bisu berdansa dengan secangkir arabica

@tianCahyadi
25 Februari 2016,
Bandar Lampung,Kopi untuk Semua..

Komentar

Postingan Populer