Hukum Perayaan Malam Nisyfu Sya'ban
Frends, banyak ya fenomena perayaan perayaan yang dibalut dengan mengatasnamakan sunnah Rasul sholallahu'alaihiwassalam, ya salah satunya itu ya perayaan malam nifsu sya'ban, pernahkah hal tersebut dilakukan Alkhataman Nabiyyin SAW, mungkin sedikit ringkasan ini bisa memberi sedikit pengetahuan.
Dalam kitab Al-Majmu', Imam Nawawi berkata :"Shalat
yang sering kita kenal dengan shalat ragha'ib berjumlah dua belas raka'at
dikerjakan antara maghrib dan isya' pada malam jum'at pertama bulan rajab, dan
sholat seratus raka'at pada malam nisfu sya'ban, dua sholat ini adalah bid'ah
dan mungkar."
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman (yang
artinya) :
"Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu
".
(QS. Al Maidah : 3).
Dan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam
pernah pernah bersabda (yang artinya):
"Barang siapa mengada-adakan satu
perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak ". (HR.
Bukhari Muslim)
dalam riwayat Muslim (yang artinya):
"Barang siapa
mengerjakan perbuatan yang tidak kami perintahkan (dalam agama) maka ia
tertolak".
Masih banyak lagi hadits-hadits yang senada dengan hadits ini,
yang semuanya menunjukan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan
agama ini untuk umat-Nya. Dia telah mencukupkan nikmat-Nya bagi mereka. Dia
tidak mewafatkan nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassallam kecuali setelah
beliau menyelesaikan tugas penyampaian risalahnya kepada umat dan menjelaskan
kepada mereka seluruh syariat Allah, baik melalui ucapan maupun pengamalan.
Beliau menjelaskan segala sesuatu yang akan diada-adakan oleh sekelompok
manusia sepeninggalnya dan dinisbahkan kepada ajaran Islam baik berupa ucapan
ataupun perbuatan, semuanya bid'ah yang tertolak, meskipun niatnya baik. Para
sahabat dan ulama mengetahui hal ini, maka mereka mengingkari
perbuatan-perbuatan bid'ah dan memperingatkan kita dari padanya. Hal ini
disebutkan oleh mereka yang mengarang tentang pengagungan sunnah dan
pengingkaran bid'ah seperti Ibnu Wadhah dan Abi Syamah dan
lainnya.
Diantara bid'ah yang biasa dilakukan oleh banyak orang adalah
bid'ah mengadakan upacara peringatan malam nisyfu sya'ban dan mengkhususkan hari
tersebut dengan puasa tertentu. Padahal tidak ada satupun dalil yang dapat
dijadikan sandaran, memang ada beberapa hadits yang menegaskan keutamaan malam
tersebut akan tetapi hadits-hadits tersebut dhaif sehingga tidak dapat dijadikan
landasan. Adapun hadits-hadits yang menegaskan keutamaan shalat pada hari
tersebut adalah maudhu' (palsu).
A1 Hafidz ibnu Rajab dalam bukunya
"Lathaiful Ma'arif ' mengatakan bahwa perayaan malam nisfu sya'ban adalah bid'ah
dan hadits-¬hadits yang menerangkan keutamaannya adalah lemah.
Imam Abu
Bakar At Turthusi berkata dalam bukunya `alhawadits walbida' : "Diriwayatkan
dari wadhoh dari Zaid bin Aslam berkata :"kami belun pernah melihat seorangpun
dari sesepuh ahli fiqih kami yang menghadiri perayaan nisyfu sya'ban, tidak
mengindahan hadits makhul (dhaif) dan tidak pula memandang adanya keutamaan pada
malam tersebut terhadap malam¬-malam lainnya".
Dikatakan kepada Ibnu
Maliikah bahwasanya Ziad Annumari berkata:
"Pahala yang didapat (dari ibadah
) pada malam nisyfu sya'ban menyamai pahala lailatul qadar.
bnu Maliikah
menjawab : Seandainya saya mendengar ucapannya sedang ditangan saya ada tongkat,
pasti saya pukul dia. Ziad adalah seorang penceramah.
Al Allamah Syaukani
menulis dalam bukunya, fawaidul majmuah, sebagai berikut : Hadits : "Wahai Ali
barang siapa melakukan shalat pada malam nisyfu sya'ban sebanyak seratus rakaat
: ia membaca setiap rakaat Al Fatihah dan Qulhuwallahuahad sebanyak sepuluh
kali, pasti Allah memenuhi segala .... dan seterusnya.
Hadits ini adalah
maudhu', pada lafadz-lafadznya menerangkan tentang pahala yang akan diterima
oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal, sedangkan
sanadnya majhul (tidak dikenal). Hadits ini diriwayatkan dari jalan kedua dan
ketiga, kesemuanya maudhu ' dan perawi¬-perawinya majhul.
Dalam kitab
"Al-Mukhtashar" Syaukani melanjutkan : "Hadits yang menerangkan shalat nisfu
sya'ban adalah batil" .
Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Ali :
"...Jika datang malam nisfu sya'ban bershalat malamlah dan berpusalah pada siang
harinya". Inipun adalah hadits yang dhaif.
Dalam buku Al-Ala'i
diriwayatkan :
"Seratus rakaat dengan tulus ikhlas pada malam nisfu sya'ban
adalah pahalanya sepuluh kali lipat". Hadits riwayat Ad-Dailamy, hadits ini
tidak maudhu; tetapi mayoritas perawinya pada jalan yang ketiga majhul dan
dho'if.
Imam Syaukani berkata : "Hadits yang menerangkan bahwa dua belas
raka' at dengan tulus ikhlas pahalanya adalah tiga puluh kali lipat, maudhu'.
Dan hadits empat belas raka'at ....dst adalah maudhu".
Para fuqoha'
banyak yang tertipu oleh hadits-¬hadits maudhu' diatas seperti pengarang Ihya'
Ulumuddin dan sebagian ahli tafsir. Telah diriwayatkan bahwa sholat pada malam
itu yakni malam nisfu sya'ban yang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia
semuanya adalah bathil (tidak benar) dan haditsnya adalah
maudhu'.
Al-Hafidh Al-Iraqy berkata : "Hadits yang menerangkan tentang
sholat nisfu sya'ban maudhu' dan pembohongan atas diri Rasulullallah
Shalallahu’alaihi Wassallam.
Dalam kitab Al-Majmu', Imam Nawawi berkata
:"Shalat yang sering kita kenal dengan shalat ragha'ib berjumlah dua belas
raka'at dikerjakan antara maghrib dan isya' pada malam jum'at pertama bulan
rajab, dan sholat seratus raka'at pada malam nisfu sya'ban, dua sholat ini
adalah bid'ah dan mungkar.
Tak boleh seorangpun terpedaya oleh kedua
hadits tersebut hanya karena telah disebutkan didalam kitab Qutul Qulub dan
Ihya' Ulumuddin, sebab pada dasarnya hadits-haduts tersebut bathil (tidak boleh
diamalkan). Kita tidak boleh cepat mempercayai orang-orang yang menyamarkan
hukum bagi kedua hadits yaitu dari kalangan a'immah yang kemudian mengarang
lembaran-¬lembaran untuk membolehkan pengamalan kedua hadits
tersebut.
Syaikh Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma' il Al-Maqdisy
telah mengarang suatu buku yang berharga; beliau menolak (menganggap bathil)
kedua hadits diatas.
Dalam penjelasan diatas tadi, seperti ayat-ayat
Al-Qur'an dan beberapa hadits serta pendapat para ulama jelaslah bagi pencari
kebenaran (haq) bahwa peringatan malam nisfu sya' ban dengan pengkhususan sholat
atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya degan puasa itu semua adalah bid’ah
dan mungkar tidak ada dasar sandarannya didalam syari'at Islam ini, bahkan hanya
merupakan perkara yang diada-adakan dalam Islam setelah masa hidupnya para
shahabat. Marilah kita hayati ayat Al-Qur'an dibawah ini (yang
artinya):
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Ku-Ridhoi Islam sebagai agamamu".
Dan
banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas. Selanjutnya Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
"Barang siapa
mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka
ia tertolak". (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits lain beliau bersabda
(yang artinya):
"Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam jum 'at dari
pada malam-malam lainnya dengan suatu sholat, dan janganlah kamu sekalian
mengkhususkan siang harinya untuk berpuasa dari pada hari-hari lainnya, kecuali
jika sebelum hari itu telah berpuasa" (HR. Muslim).
Seandainya
pengkhususan suatu malam dengan ibadah tertentu itu dibolehkan oleh Allah, maka
bukankah malam jum'at itu lebih baik dari pada malam-malam lainnya, karena hari
jum'at adalah hari yang terbaik yang disinari oleh matahari ? Hal ini
berdasarkan hadits-hadits Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam yang
shohih.
Tatkala Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah melarang
untuk mengkhususkan sholat pada malam hari itu ini menunjukkan malam yang
lainnya lebih tidak boleh lagi. Kecuali jika ada dalil yang shohih yang
mengkhususkannya.
Manakala malam lailatul Qadar dan malam¬-malam bulan
puasa itu disyari'atkan supaya sholat dan bersungguh-sungguh dengan ibadah
tertentu, Nabi mengingatkan dan menganjurkan kepada ummatnya agar supaya
melaksanakan¬nya, beliaupun juga mengerjakannya. Sebagaimana disebutkan didalam
hadits yang shohih (yang artinya):
"Barang siapa melakukan sholat pada malam
bulan ramadhan dengan penuh rasa iman dan mengharap pahala niscaya Allah akan
mengampuni dosanya yang telah lewat. Dan barangsiapa yang melakukan sholat pada
malam lailatul Qadar dengan penuh rasa iman niscaya Allah akan mengampuni dosa
yang telah lewat" (Muttafaqun 'alahi).
Jika seandainya malam nisfu
sya'ban, malam jum'at pertama pada bulan rajab, serta malam isra' mi'raj
diperintahkan untuk dikhususkan dengan upacara atau ibadah tertentu, pastilah
Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam menjelaskan kepada ummatnya atau
menjalankannya sendiri. Jika memang hal ini pernah terjadi, niscaya telah
disampaikan oleh para shahabat kepada kita, mereka tidak akan menyembunyikannya,
karena mereka adalah sebaik-baik manusia clan yang paling banyak memberi nasehat
setelah Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam.
Dari pendapat-pendapat
ulama tadi anda dapat menyimpulkan bahwa tidak ada ketentuan apapun dari
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam ataupun dari para sahabat tentang
keutamaan malam malam nisfu sya'ban dan malam jum'at pertama pada bulan Rajab.
Dari sini kita tahu bahwa memperingati perayaan kedua malam tersebut
adalah bidah yang diada-adakan dalam Islam, begitu pula pengkhususan dengan
ibadah tertentu adalah bid'ah mungkar; sama halnya dengan malam 27 Rajab yang
banyak diyakini orang sebagai malam Isra dan Mi'raj, begitu juga tidak boleh
dirayakan dengan upacara-upacara ritual, berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan
tadi.
(Diringkas/ disadur dari kitab Tahdzir minul bida' karya Syaikh
Abdul Aziz bin Baz, Oleh An Nafi'ah dan redaksi).
Mungkin ada yg tidak kenal dengan Ulama Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullahuta'ala, hemmm maybe next write saya akan memperkenalkan siapa para Ulama ini..
Semoga bermanfaat frends ^_^, semoga Alloh mengokohkan agama kita dan selalu meberi petunjukNya
Ya Rabb Maha Mulia, muliakanlah
hamba yg hina ini dengan rahmat dan hidayahMu, perbaikilah agama hamba yg
menjadi tonggak segala urusan hamba, perbaikilah akhirat hamba menjadi tempat
kembali hamba yang baik, jadikanlah hidup hamba di dunia sebagai tambahan
kebaikan - kebaikan hamba, dan kematian sebagai istirahat hamba dari keburukan
keburukan.
Komentar
Posting Komentar