Kau, Bidadari yang mengodaku
Bidadari?? Siapa ya bidadari idaman kaum Adam?
Adam tercipta
untuk hawa, dalam kehidupan Sang Rabb selalu menciptakan semuanya
berpasang-pasangan, siang malam, kanan kiri, dan pastinya laki laki dan
perempuan. Seperti banyak syair syair Rabb dalam kitabNya yg Mulia,
Mungkin seperti ini perkataan dari bidadari itu
"Ketahuilah
adam, fitrahku kaum hawa adalah daya tarik terkuat untukmu di dunia ini. Aku
hawa mampu menjadi senjata iblis untuk membujukmu memakan Khuldi yg terlarang.
Namun di tanganmu yg bijak, aku hawa mampu menjadi pondasi yg kokohkan imanmu
bagai khadijah terhadap Muhammad.
Adam, jangan pernah segan menegurku bila aku salah
di matamu, krn sungguh, Allah membentuk hatiku dari daging yg paling lembut agar ku mudah tersentuh dgn segala nasihat. Mataku
sangat mudah menangis dgn sentuhan sedikit saja. Namun ingatlah adam, aku hawa
dari tulang rusukmu yg paling bengkok, maka fitrahku memang untuk bengkok, maka
jgn memaksa untuk meluruskanku, krn kau akan menemukanku patah, sekali ku patah
tak akan mampu kau sambung lagi. Namun, jangan pula membiarkanku terus dlm
bengkok, tapi cobalah meluruskanku dgn hikmah, dgn bijaksana.. Maka kaupun akan
menemukanku lurus bahkan mampu mengokohkanmu".
Al-Qur`an telah bertutur tentang dua wanita shalihah
yang keimanannya telah menancap kokoh di relung kalbunya. Dialah Asiyah bintu
Muzahim, istri Fir’aun, dan Maryam bintu ‘Imran. Dua wanita yang kisahnya
terukir indah di dalam Al-Qur`an itu merupakan sosok yang perlu diteladani
wanita muslimah saat ini.
Al-Qur`an telah bertutur tentang dua wanita
shalihah yang keimanannya telah menancap kokoh di relung kalbunya. Dialah Asiyah
bintu Muzahim, istri Fir’aun, dan Maryam bintu ‘Imran. Dua wanita yang kisahnya
terukir indah di dalam Al-Qur`an itu merupakan sosok yang perlu diteladani
wanita muslimah saat ini.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam
Kitab-Nya yang mulia:
وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً لِلَّذِيْنَ آمَنُوا
اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي
الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِيْنَ. وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا
فَنَفَخْنَا فِيْهِ مِنْ رُوْحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ
وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِيْنَ
Dan Allah membuat istri Fir’aun sebagai
perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika istri Fir’aun berkata: “Wahai
Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga. Dan
selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum
yang dzalim.” (Perumpamaan yang lain bagi orang-orang beriman adalah) Maryam
putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya
sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya
dan kitab-kitab-Nya, dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (At-Tahrim:
11-12)
Asiyah bintu Muzahim, istri Fir’aun, dan Maryam bintu ‘Imran adalah dua wanita kisahnya terukir indah dalam Al-Qur`an. Ayat-ayat Rabb Yang Maha Tinggi menuturkan keshalihan keduanya dan mempersaksikan keimanan yang berakar kokoh dalam relung kalbu keduanya. Sehingga pantas sekali kita katakan bahwa keduanya adalah wanita yang manis dalam sebutan dan indah dalam ingatan. Asiyah dan Maryam adalah dua dari sekian qudwah (teladan) bagi wanita-wanita yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan uswah hasanah bagi para istri kaum mukminin.
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu berkata dalam kitab tafsirnya:
“Allah yang Maha Tinggi berfirman bahwasanya Dia membuat permisalan bagi
orang-orang yang membenarkan Allah dan mentauhidkan-Nya, dengan istri Fir’aun
yang beriman kepada Allah, mentauhidkan-Nya, dan membenarkan Rasulullah Musa
'alaihissalam. Sementara wanita ini di bawah penguasaan suami yang kafir, satu
dari sekian musuh Allah. Namun kekafiran suaminya itu tidak memudharatkannya,
karena ia tetap beriman kepada Allah. Sementara, termasuk ketetapan Allah kepada
makhluk-Nya adalah seseorang tidaklah dibebani dosa orang lain (tapi
masing-masing membawa dosanya sendiri, -pent.1), dan setiap jiwa mendapatkan apa
yang ia usahakan.” (Jami’ul Bayan fi Ta`wilil Qur`an/ Tafsir Ath-Thabari,
12/162)
Pada diri Asiyah dan Maryam, ada permisalan yang indah bagi para istri yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hari akhir. Keduanya dijadikan contoh untuk mendorong kaum mukminin dan mukminat agar berpegang teguh dengan ketaatan dan kokoh di atas agama. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an/ Tafsir Al-Qurthubi, 9/132)
Seorang istri yang shalihah, ia akan
bersabar dengan kekurangan yang ada pada suaminya dan sabar dengan kesulitan
hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah berkeluh kesah di hadapan suaminya
atau mengeluhkan suaminya kepada orang lain, apalagi mengghibah suami,
menceritakan aib/ cacat dan kekurangan sang suami. Bagaimana pun kekurangan
suaminya dan kesempitan hidup bersamanya, ia tetap bersyukur di sela-sela
kekurangan dan kesempitan tersebut, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala memilihkan
lelaki muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir sebagai pendamping
hidupnya. Dan tidak memberinya suami seperti suami Asiyah bintu Muzahim yang
sangat kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berbuat aniaya terhadap istri
karena ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Tersebutlah, ketika sang durjana
yang bergelar Fir’aun itu mengetahui keimanan Asiyah istrinya, ia keluar menemui
kaumnya lalu bertanya: “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah bintu Muzahim?”
Merekapun memujinya. Fir’aun berkata: “Ia menyembah Tuhan selain aku.” Mereka
berkata: “Kalau begitu, bunuhlah dia.” Maka Fir’aun membuat pasak-pasak untuk
istrinya, kemudian mengikat kedua tangan dan kedua kaki istrinya, kemudian
menyiksanya di bawah terik matahari. Jika Fir’aun berlalu darinya, para malaikat
menaungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka. Asiyah berdoa: “Wahai Rabbku,
bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di dalam surga.”
Allah Subhanahu wa Ta'ala pun mengabulkan doa Asiyah dengan membangunkan sebuah rumah di surga untuknya. Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah, maka ia pun tertawa. Bertepatan dengan itu Fir’aun datang. Melihat Asiyah tertawa, Fir’aun berkata keheranan: “Tidakkah kalian heran dengan kegilaan Asiyah? Kita siksa dia, malah tertawa.”
Menghadapi beratnya siksaan Fir’aun, hati Asiyah tidak lari untuk
berharap kepada makhluk. Ia hanya berharap belas kasih dan pertolongan dari
Penguasa makhluk, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ia berdoa agar diselamatkan dari
siksaan yang ditimpakan Fir’aun dan kaumnya serta tidak lupa memohon agar
diselamatkan dari melakukan kekufuran sebagaimana yang diperbuat Fir’aun dan
kaumnya.
Akhir dari semua derita dunia itu, berujung dengan dicabutnya ruh Asiyah untuk menemui janji Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Istri yang shalihah
akan menjaga dirinya dari perbuatan keji dan segala hal yang mengarah ke sana.
Sehingga ia tidak keluar rumah kecuali karena darurat, dengan izin suaminya.
Kalaupun keluar rumah, ia memperhatikan adab-adab syar‘i. Dia menjaga diri dari
bercampur baur apalagi khalwat (bersepi-sepi/ berdua-duaan) dengan laki-laki
yang bukan mahramnya. Ia tidak berbicara dengan lelaki ajnabi (non mahram)
kecuali karena terpaksa dengan tidak melembut-lembutkan suara. Dan ia tidak
melepas pandangannya dengan melihat apa yang diharamkan Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Ia ingat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji Maryam yang sangat
menjaga kesucian diri, sehingga ketika dikabarkan oleh Jibril bahwa dia akan
mengandung seorang anak yang kelak menjadi rasul pilihan Allah, Maryam berkata
dengan heran:
أَنَّى يَكُوْنُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ
وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا
“Bagaimana aku bisa memiliki seorang anak laki-laki
sedangkan aku tidak pernah disentuh oleh seorang manusia (laki-laki) pun dan aku
bukan pula seorang wanita pezina.” (Maryam: 20)
Wanita shalihah akan
mengingat bagaimana keimanan Maryam kepada Allah dan bagaimana ketekunannya
dalam beribadah, sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memilihnya dan
mengutamakannya di atas seluruh wanita.
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ
يَامَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسآءِ
الْعَالَمِيْنَ
Ingatlah ketika malaikat Jibril berkata: “Wahai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikan dan melebihkanmu di atas segenap
wanita di alam ini (yang hidup di masa itu).” (Ali ‘Imran: 42)
hemm masih ada juga nihhh lanjutannya, tunggu yahh.. biar ga penuh2 juga ni lapak tulisannya :)
disadur dari ceramah Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah,
Komentar
Posting Komentar