Sepotong hikmah di Jalanan kota,waktu begitu berharga. (Seq.Catatan Langit)
Langit begitu gelap
sore itu,sayapun duduk menunggu sambil memakai sepatu di lantai tangga pintu
keluar masjid. Sepatu butut yang penuh kenangan telah terpasang,tetapi aku
masih asik dalam buaian pemandangan dari anak-anak tangga pintu keluar. Mobil
angkutan umum berjejer, bus angkutan dalam kota baris menghijau,bunyi dengung
raungan besi lokomotif di stasiun, para pedagang yang ramai menawarkan barang.
Tetapi pengamatanku terpusat kepada sosok anak muda sekitar umur 20an tahun
keliahatan dari perawakannya di halte depan terminal,sekitar 100 meter
penglihatanku dari tangga keluar masjid ini. Duduk merenung dengan pena dan
selembar kertas di tangannya. Entah menulis apa pemuda berambut ikal itu,pakaiannyapun
terlihat bukan anak sekolah atau anak kuliah, kaos oblong celana robek di lutut
sebelah kirinya. Tetapi kulihat dari kejauhan serius sekali ia menulisnya
seperti layaknya ujian sekolah. Aku tetap konsen mengamatinya,tetiba beberapa saat kemudian,setelah ia
menulis ia membuang kertas dan penanya
ke bawah tangga halte,lalu pergi begitu saja dengan membawa gitar
tuanya. Aku baru saja sadar kalau ada sebuah gitar yang berjejer duduk
disamping kirinya,dan aku tak melihatnya dari kejauhan karena warna gitar
coklatnya sama dengan warna kaos yang dipakai pemuda jalanan itu. Aku bergegas
ingin mengahampirinya,entah angin apa tiba-tiba kakiku ingin menuju kesana.
Walau ternyata ketika aku sampai berjalan ke halte itu, anak muda itu telah
pergi dalam keramaian pasar sore itu. Akupun hanya menemukan selembar remasan
kertas dibawah bangku halte. Aku mengambilnya “ahhh,ini mungkin yang ia tulis
dan ia buang tadi” bicaraku sendiri. Beberapa orang di halte itu melihatku
aneh, mungkin karena aku terlihat seperti mencari sesuatu dan tiba-tiba
mengoceh sendiri setelah menemukan kertas itu. Ku buka perlahan sambil duduk
bangku halte, aku mulai membaca catatan kumal itu
“Jalanku adalah
kesendirian,Entah kenapa ,Aku bahagia ketika aku sudah merasa asing,menyepi.
Dalam kesendirian adalah waktu yang tepat saat ini,aku bisa meresapi hidupku
yang sudah seperempat abaad ini, entaah banyak sekali dosa yang
menggunung,tetapi kebaikan yang kulakukan hanya sebiji kapas belum sangat ada
apa-apanya, bahkan lebih kecil lagi itu pasti,inginku dalam kesendirian
menghapus keburukanku selama ini.
Membuat perubahan-perubahan,aku
ini manusia penuh hina,menyesali dalam kesendirian,mengumpulkan kekuatan untuk
bangkit kembali dalam kesendirian,aku ini manusia sampah,yang mencoba tuk
mendaur ulang kembali hidupku yang berbau busuk dan menjijikan,itu semua dalam
kesendirian, aku ingin kembali pulang.
Sketsa-sketsa masa hina selalu
membayangi langkahku,Ya Tuhaan ampuni aku, dalam riak lumpur ini aku bersendawa
dalam kesendirian,membaui buruknya nafasku kala itu,di terminal dan jalanan
kota itu. Di hingar bingar prostitusi dan wangi nerakanya wanita malam.
Aku hanya ingin mencoba
merubah dalam kesendirianku aku merenung. Mengingat tentang ibuku yang berjuang
demi kami bisa makan bersusah payah dari bekerja jadi tukang cuci, tukang masak
dan bahkan pembantu,kakakku yang sakit jiwa karena OD narkoba, adikku yang
putus sekolah dan keluarga kakakku yang hancur berantakan dan entah ia pergi
kemana. Ahhhhh mengapa semua itu terjadii?? Semua itu karena akukah??? Atau itu
semua karena nasib? Atau Tuhan memang senang dengan keadaanku ini? Ingin aku
teriak sekencang-kencangnya dan ku katakan pada dunia. Aku menyerah agar para
raja-raja setanpun tertawa kemenangan.
Apa ada yang peduli dengan
hidupku? Apa cinta peduli denganku? Cinta terlalu egois tuk selalu memikirkan
kebahagiannya sendiri, sibuk dengan dunianya sendiri. Hemmm.. cinta hanya bisa
menghina dan menyalahkan aku yang tak punya rasa.
Dan atau itukah pasti semua
karena ulaah dosaku?? Mungkin bisa jadi dosa-dosakulah
penyebabnya,kebohongan,kecurangan,mengambil hak orang lain, perzinaan dan
banyak sekali tak terhitung keburukanku. Ya Tuhan,aku ingin kembali pulang
padaMu. Aku ingin jiwaku tenang ketika penyakit mematikan ini mengambil
sebagian atau mungkin nyawaku. Karena waktu sesungguhnya tak akan bisa aku
putar balik kembali. (Catatan Anak Jalanan Ingin kembali pulang) #Lanang
Abimanyu
Catatan itu membuatku seperti dicambuk ratusan kali,membuat hati ini renyuh redam dalam kesedihan. Membawaku masuk ke dunia anak muda ini,menjelajah kata-katanya dalam bentuk virtual kehidupanku. Aku duduk merenungi jiwa dan hikmah dalam catatan ini
Tetiba dari perkiraan
motor “Woyyy, Galaang, lang! Lang, udah lama lu nunggu disini??, Sorry yaa,tadi
ban motor gue bocor dan diganti ban dalem baru lagi, dan gue juga lagi kaga ada
pulsa,hehe..” teriak Ali sambil garuk-garuk kepalannya. “Ya gapapa sih, tapi lu
mesti traktir gue Sate Kambing lii dulu kalo gitu abis balik ngopi dan diskusi
dengan warga kampung pesisir,hahaha. Owhh iya li,kita dah telat nihh. Nyokk
langsung let’s go! “balas Galang sambil menghidupkan motornya dan bersiap
berangkat.
Sore ini waktu yang
hanya satu jam menunggu sahabatku Ali ternyata Tuhan memberi hikmah yang luar
biasa dalam hidupku. Terima kasih Yang Maha Rahim,Rabbil Izzati. Bismillah.
Begitulah waktu banyak sekali setiap detiknya Alloh telah kasih pelajaran ke
kita tetapi kita seringkali lupa mengambil setiap pelajaran dalam setiap waktu
kita.
@TianCahyadi_ID
Bandar Lampung,26
Desember 2014
Komentar
Posting Komentar