tentang 10 terakhir bulan Ramadhan
Bismillah,Assalamu’alaykum warahtullahi
wabarakatuh.
Segala puji bagi Alloh yg tidak menerima tauhid
Rububiyah dari hamba-Nya sampai mereka menunggalkanNya dlm tauhid Ibadah dg
seluruh bentuk penunggalan. Sehingga mereka tidak menjadikan tandingan bagi
Alloh, tidak menyeru siapapun bersama Alloh, tdk bersandar kcuali hanya
kpdaNya, tdk berdoa kpdNya dg selain nama-namaNya yg indah. Semoga Shalawat dan
salam senantiasa tercurah kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam,keluarganya,para sahabat,dan orang-orang yg mengikutinya dg keyakinan yg
bersih. Amma ba’du
Teman-temanku sekalian, semoga Alloh
memuliakan kalian, kali ini Makhluk yg hina ini mencoba untuk belajar
bersama,memberi peringatan bagi dirinya sendiri khususnya dan umumnya bagi
kalian yg saya cintai di Jalan Alloh.
Tulisan Hadist yg saya ambil dari sebuah file
CHM yg saya dapatkan dari seorang teman ttg Ibadah Puasa,jika ada salah mohon
dikoreksi karena itu datang dari nafsu saya sendiri,jika benar itu datangnya
dari Alloh.
Euoforia Umat Muslim seluruh dunia,tahu
betapa mulianya Bulan Ramadhan ini apalagi di 10 terakhir bulan ramadhan yg
Alloh janjikan penuh dg kemulianNya. Tetapi sebagian umat Islam lupa karena
lebih memilih mempersiapkan Euforia Lebaran, atau Hari Raya Idul Fitri, padahal
belum tentu kita bertemu kembali di bulan yg mulia ini tahun depan, bisa jadi ini menjadi
Ramadhan terakhir untuk kita!!
“Ya Alloh panjangkanlah umur kami untuk
bertemu kembali di bulan ramadhan tahun mendatang,jika kehendakMu berbeda, maka
matikanlah kami dlm keadaan khusnul khotimah, rindu kami ingin berjumpa dengan-Mu
Ya Rabbi, tetapi kami malu karena dosa-dosa kami yang masih menggunung”
Berikut ini hal-hal yg dilakukan rasulullah
SAW di 10 terakhir bulan ramadhan ;
Dalam
Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata :
"Bila
masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya),
menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya . " Demikian menurut
lafazh Al-Bukhari.
Adapun
lafazh Muslim berbunyi :
"Menghidupkan
malam(nya), membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta
mengencangkan kainnya.
Dalam riwayat
lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha :
"Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir
(bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya. "
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan
dengan amalan-amalan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di
antaranya:
- Menghidupkan malam: Ini
mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan
kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya. Dalam
Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata:
"Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam shalat malam hingga pagi. "
Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu Ja'far
Muhammad bin Ali :
"Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan
sehat dan sebagai orang muslim, lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat
pada sebagian malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan
dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat
untuk shalat Jum'at; sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala
yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah dari
Tuhan Yang Mahasuci dan Maha tinggi. " Abu Ja 'far berkata: Hadiah yang
tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan
keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang pada
malam-malam yang lain tidak.
Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu 'anhu disebutkan:
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasalam melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh
tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan
bahwasanya beliau mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya pada malam
dua puluh tujuh (27) saja. "
Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam membangunkan
mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar di dalamnya.
At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu 'anhu :
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan
setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. "
Dan dalam hadits shahih diriwayatkan :
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengetuk (pintu) Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam
seraya berkata:
Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat ?"
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Beliau juga membangunkan Aisyah radhiallahu 'anha pada
malam hari, bila telah selesai dari tahajudnya dan ingin melakukan (shalat)
witir.
Dan diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar salah
seorang suami-isteri membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta
memercikkan air di wajahnya bila tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan
lainnya, dengan sanad shahih.)
Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan sanad
shahih, bahwasanya Umar radhiallahu 'anhu melakukan shalat malam seperti yang
dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan malam, ia
membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka:
"Shalat! shalat!" Kemudian membaca ayat ini :
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. " (Thaha: 132).
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mengencangkan kainnya. Maksudnya beliau menjauhkan diri dari menggauli
isteri-isterinya. Diriwayatkan bahwasanya beliau tidak kembali ke tempat
tidurnya sehingga bulan Ramadhan berlalu.
Dalam hadits Anas radhiallahu 'anhu disebutkan :
"Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi
isteri-isterinya (tidak menggauli mereka).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf
pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Orang yang beri'tikaf tidak
diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash serta
ijma'. Dan "mengencangkan kain" ditafsirkan dengan bersungguh-sungguh
dalam beribadah.
- Mengakhirkan berbuka hingga
waktu sahur.
Diriwayatkan dari Aisyah dan Anas uadhiallahu 'anhuma,
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam-malam sepuluh
(akhir bulan Ramadhan) menjadikan makan malam (berbuka)nya pada waktu sahur.Dalam
hadits marfu' dari Abu Sa'id radhiallahu 'anhu, ia berkata :
"Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah
seorang dari kamu ingin menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung
hingga waktu sahur (saja). " Mereka bertanya: "Sesungguhnya engkau
menyambungnya wahai Rasulullah ? "Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku
tidak seperti kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan
minum. "(HR. Al-Bukhari)
Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau
dalam puasanya dan kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat dan
dzikirnya yang lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah
sehingga hatinya dipenuhi Al-Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan
Al-Minnatur Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak
lagi memerlukan makan dan minum.
- Mandi antara Maghrib dan Isya'.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu
'anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika
bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh
hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli)
isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya."
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi
pada setiap malam dari malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada
yang mandi dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan
turun Lailatul Qadar.
Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang
diharapkan di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan
wewangian dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti
dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa
dibarengi dengan berhias secara batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah),
taubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama
sekali tidak berguna, jika ternyata batinnya rusak.
Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi
Dia melihat kepada hati dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada
Allah, hendaknya ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya
dengan taqwa. Allah Ta'ala berfirman :
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf: 26).
- I'tikaf. Dalam Shahihain
disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha :
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah
mewafatkan beliau. "
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf
pada sepuluh hari terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk
menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk
mengasingkan diri demi bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a
kepada-Nya.
Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah:
Memutuskan hubungan dengan segenap makhluk untuk
menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq. Mengasingkan diri yang disyari'atkan
kepada umat ini yaitu dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada
bulan Ramadhan, dan lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk
taat kepada Allah, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya
dari segala hal yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan
hatinya kepada Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya
kepada-Nya. Ia tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya.
Semoga Alllah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada
kita.
(Lihat kitab Larhaa'iful Ma'aarif,
oleh Ibnu Rajab, him. 196-203)
Sengatnya Matahari,8 Agustus 2012
Komentar
Posting Komentar